1.1 Instrumentasi
pada Proses Pembangkitan
Kemajuan dunia teknologi ditandai dengan berkembang dan meningkatnya
metoda pemantauan dan pengendalian lingkungannya dengan tujuan meningkatkan
kemampuan untuk beradaptasi, memperkirakan, menurunkan resiko dan menghilangkan
efek buruk terhadap kehidupan dan lingkungan. Sebaliknya, istilah kontrol
berarti metoda-metoda memaksa parameter-parameter lingkungan untuk mengikuti
harga-harga tertentu. Fungsi sistem instrumentasi dan pengukuran
(Instrumentation and Measurement systems) dapat diklasifikasikan kedalam
kategori berikut ini.
a. Penilaian harga atau kualitas (Value or quality
assessment) – Inilah tujuan tertua pengukuran dalam sejarah
peradaban. Contoh instrument asesmen harga adalah adalah timbangan perdagangan.
Timbangan membantu kita dengan cara membandingkan dengan berat standard untuk
menentukan harga jual suatu barang. Contoh lainnya, pemanfaatan sistem pengukur
meteran air atau listrik (kwh meter). Di lingkungan pembangkitan, banyak
pengukuran untuk menjamin kualitas keandalan produksi listrik sesuai yang
dibutuhkan.
b. Keselamatan
dan Proteksi (Safety and Protection) – Bertujuan memantau dan mendeteksi
situasi berbahaya tertentu untuk menentukan aksi adaptif, protektif danpreventif;
misalnya tujuan pemantauan suhu untuk menentukan tindakan adaptif atau
protektif. Dalam beberapa hal, sistem pengukuran dibuat untuk menyulut suara
atau lampu peringatan alarm, misalnya alarm kebakaran; atau untuk mengambil
tindakan lain seperti membuka katup pelepas tekanan (relief valve) untuk
mencegah tekanan lebih yang menyebabkan pecah.
c. Kendali
otomatis (Automatic Control) – Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa istilah
kontrol berarti metoda-metoda memaksa parameter-parameter lingkungan untuk mengikuti
harga-harga tertentu. Misalnya menjaga ketersediaan air dalam tangki;
mempertahankan tinggi/level air dalam tangki ketel uap, atau proses start/stop
dan pengoperasian unit pembangkit. Secara umum, semua elemen-elemen yang
diperlukan untuk melaksanakan tujuan kendali (control) termasuk sistem
instrumentasi, biasanya dijelaskan dengan istilah sistem kendali (control
system).
d. Pengumpulan
data (Data collection) – Dalam banyak hal, data dikumpulkan dan diarsipkan
sebagai informasi untuk menganalisis penyebab gangguan dan pengembangan model
proses yang lebih baik
Teknologi kontrol buatan pertama kali dikembangkan memanfaatkan manusia
sebagai bagian integral aksi kontrol. Setelah mempelajari bagaimana menggunakan
mesin dan elektronika serta computer untuk menggantikan fungsi manusia,
mulailah digunakan istilah kontrol otomatis (automatic control). Pada
proses kontrol, tujuan utamanya adalah mengatur harga suatu kuantitas. Mengatur
berarti menjaga harga tersebut tetap pada harga yang diinginkan walau apa pun pengaruh
dari luar. Harga yang diinginkan disebut harga acuan atau set-point.
Paragraf berikut menggunakan pengembangan suatu sistem kontrol untuk
contoh kontrol proses tertentu untuk mengenalkan beberapa istilah dan lambing
di lapangan. Gambar 1.1 menunjukkan proses yang akan digunakan pada pembahasan
berikut. Cairan mengalir ke dalam tangki dengan laju qin, dan keluar dari tangki dengan laju qout.
cairan dalam tangki berketinggian (level) h. Tinggi cairan dalam
tangki akan dipertahankan pada harga tertentu H, walau berapa pun laju aliran
masuk tangki.
1.1.1 Kontrol
manual (Manual
Control)
Untuk mengatur tinggi level, tangki dilengkapi dengan satu tabung gelas
penduga S, seperti gambar 1.1. Tinggi level cairan yang ada h disebut controlled
variable (variabel
terkontrol). Aliran keluar tangki bisa dirobah oleh operator melalui katup.
Laju aliran keluar disebut manipulated variable atau controlling variable
(variabel terselewengkan atau variabel pengkontrolan).
Gambar 1.1 Kontrol Level Manual (Manual Level Control).
Dengan memanipulasi posisi katup, operator
mengkontrol tinggi level tangki sedekat mungkin dengan level yang diinginkan H.
Disini, manusia operator menggunakan matanya
sebagai elemen perasa (sensing element) level. Umumnya, pada operasi manual,
manusia merasakan: melihat, menyentuh, mencium, merasa dan mendengar merupakan
sistem pengukuran. Dalam banyak hal, manusia operator bisa dibantu dengan
sensor lain, misalnya indikator level, suhu, dan tekanan.
1.1.2 Kontrol Otomatis (Automatic Control)
Untuk menyediakan kontrol otomatis, sistem
harus dimodifikasi seperti ditunjukkan pada gambar 1.2, dimana mesin,
elektronik atau komputer menggantikan operasi oleh manusia operator.
Satu alat yang disebut perasa (sensor)
ditambahkan, yang mampu mengukur nilai harga level dan mengobahnya menjadi
sinyal proporsional s. Sinyal ini disiapkan sebagai masukan input
ke mesin, rangkaian eletronik atau komputer, yang disebut pengkontrol (controller).
Pengkontrol ini melakukan fungsi manusia mengevaluasi pengukuran dan menyiapkan
sinyal keluaran U untuk merobah posisi katup melalui suatu penggerak actuator
(motor atau sistem numatik/hidrolik) yang terhubung ke katup dengan sambungan
mekanikal. Inilah contoh khas dari kontrol proses otomatik (automatic
process control)
Gambar 1.2 Kontrol Level Otomatik cairan dalam tangki.
Instrumentasi yang tepat untuk sistem kontrol otomatis yang dimaksud pada
gambar 1.2, ditunjukkan pada gambar 1.3. Sensor level mengirim hasil
pengukurannya sebagai suatu sinyal listrik ke pengkontrol elektronik.
Pengkontrol diprogram untuk membandingkan sinyal yang diterima dengan harga
yang disimpan H. Kemudian pengkontrol menghitung suatu harga sebagai suatu
sinyal yang akan dikirim katup kontrol (unit penggerak – actuator) untuk mengobah
aliran. Pengkontrol bisa juga dihubungkan ke komputer atau rekorder. Pada
situasi yang lebih realistis bisa juga dibuat Alarm untuk mengingatkan/
menyiagakan operator jarak jauh jika level dalam tangki menjadi terlalu tinggi
atau terlalu rendah yang bisa merusak katup/actuator, tangki atau pipa, dll.
Bisa juga mengirim laju aliran ke monitor,atau jumlah total aliran untuk
perhitungan biaya dengan menambahkan alat ukur pada sisi keluar tangki.
Pengukuran ini biasanya dikirim ke komputer yang terhubung ke jaringan komputer
perusahaan untuk diproses di bagian lain. Untuk tujuan pemeliharaan, banyak
alat ukur dilapangan (field instruments) juga dilengkapi dengan indikator
lokal, yaitu harga yang terukur ditunjukkan di lokal dan juga dikirim sebagai
sinyal ke pusat kontrol.
Gambar 1.3
Instrumentasi untuk kontrol level otomatis
1.2 Diagram Blok
Kontrol Proses
(Process Control Block Diagram)
Tujuan pendekatan diagram blok adalah untuk memungkinkan suatu proses
dianalisis sebagai interaksi sub-sistem lebih kecil dan lebih sederhana. Jika
karakter setiap elemen sistem bisa ditentukan, maka kemudian karakter sistem
yang terpasang dapat ditentukan dengan mensaling-hubungkan subsistem-subsistem
tersebut. Satu model bisa dibuat dengan menggunakan blok-blok yang melambangkan
tiap-tiap elemen yang berbeda. Karakter suatu operasi proses bisa dikembangkan
dari memperhatikan sifat dan perantara elemen-elemennya.
1.2.1 Elemen-elemen Lup Kontrol Proses (Elements
of Process control loop)
Elemen-elemen suatu sistem kontrol proses ditentukan dengan hubungan
bagian-bagian fungsionil yang terpisah dari sistem. Paragraf berikut memberi
definisi elemen-elemen dasar sistem kontrol proses dan menghubungkannya dengan
contoh diatas. Gambar 1.4 menunjukkan diagram blok yang dibuat dari
elemen-elemen yang telah ditentukan sebelumnya. Variabel yang dikontrol pada
proses ditunjukkan dengan y
pada diagram ini, nilai terukur dari variabel yang dikontrol diberi simbol ym. Nilai
acuan (setpoint) variabel yang dikontrol diberi simbol ysp.
Pencari kesalahan (error) adalah titik bagian pengurangan-penambahan yang
menghasilkan sinyal error E = ysp - ym ke pengkontrol untuk pembandingan dan tindakan.
Gambar
1.4 Diagram blok suatu lup kontrol
proses
Spesifikasi sistem
kontrol proses untuk mengatur variabel y dalam batas tertentu
dengan respon waktu tertentu, menentukan karakteristik yang harus dimiliki
sistem pengukuran. Pilihan teknologi tertentu untuk pengukuran pada lupadalah
tergantung keseluruhan kebutuhan dan spesifikasi yang mendasari sistem
kontrol. Istilah-istilah utama yang
digunakan untuk menjelaskan elemen-elemen lup kontrol adalah sebagai berikut.
Process : pada contoh sebelumnya,
cairan mengalir masuk dan keluar tangki, tangkinya sendiri, dan cairan,
semuanya merupakan suatu proses yang akan dikontrol terhadap tinggi level
cairannya. Secara umum, suatu proses bisa terdiri dari suatu kumpulan fenomena
yang rumit yang berhubungan dengan beberapa urutan manufacturing. Banyak
variabel bisa dilibatkan pada proses sperti ini, dan bisa diperlukan sekali
untuk mengkontrol semua variabel ini pada waktu bersamaan. Ada proses-proses
variabel tunggal, dimana hanya satu variabel yang akan dikontrol; demikian juga
proses-proses bervariabel banyak (multi-variable), dimana banyak variabel,
mungkin saling berhubungan, yang perlu pengaturan.
Measurement : Jelaslah, untuk
mempengaruhi kontrol suatu variabel pada satu proses, kita harus memiliki
informasi tentang variabel itu sendiri. Informasi itu diperoleh dengan mengukur
variabel tersebut. Pada umumnya, suatu pengukuran mengacu kepada pengubahan
variabel tersebut menjadi besaran sinyal analog yang sesuai dengan variabel
tersebut, tekanan pnumatik, tegangan atau arus listrik. Sensor adalah suatu
alat yang melaksanakan pengukuran awal dan pengubahan enerji suatu variabel
menjadi informasi pnumatik atau listrik yang sesuai. Pengubahan lebih lanjut
atau pengkondisian sinyal akan dibutuhkan untuk menyempurnakan fungsi
pengukuran. Hasil pengukuran adalah suatu pengubahan variabel menjadi beberapa informasi
yang sebanding dalam bentuk yang dibutuhkan oleh elemen-elemen lainnya dalam
operasi kontrol proses.
Transducer: Sensor yang digunakan untuk pengukuran bisa juga disebut transducer.
Kata sensor cocok untuk peralatan pengukuran awal, namun karena "transducer"
menggambarkan suatu alat yang mengubah suatu sinyal dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. Sehingga, misalnya suatu alat yang mengubah tegangan menjadi arus yang
sebanding akan disebut sebuah transducer. Dengan kata lain, bahwa semua sensor
adalah transducer, tetapi tidak semua transducer adalah sensor,
Error Detector: Pada gambar 1.2, operator mengamati beda antara level sebenarnya h
dengan level yang diinginkan set-point H dan menghitung error-nya.
Error ini memiliki besar dan polaritas. Untuk sistem kontrol otomatis gambar
1.3, penentuan error yang sama jenisnya ini harus dibuat sebelum aksi kontrol
apapun dapat dilakukan oleh pengkontrol. Walaupun error detector senantiasa
merupakan bagian dari peralatan pengkontrol, adlah sangat perlu menunjukkan
perbedaan yang jelas antara keduanya.
Controller : Langkah berikutnya pada urutan kontrol proses adalah memeriksa
error-nya jika ada dan menentukan aksi apa yang harus diambil. Evaluasi bisa
dilakukan oleh operator (seperti pada contoh sebelumnya), dengan processing
(pengolahan) sinyal elektronik, dengan sinyal pnumatik atau dengan komputer.
Penggunaan komputer tumbuh dengan cepatpada bidang kontrol proses karena
komputer mudah disesuaikan terhadap operasi pembuatan keputusan dank arena
kapasitas kemampuannya melakukan kontrol sistem multi-variabel. Pengkontrol
memerlukan kedua masukan input, yaitu indikasi terukur dari variabel yang
dikontrol dan satu gambaran dari harga acuan variabel, dinyatakan dengan
istilah yang sama sebagai nilai/harga terukur. Harga acuan dari variabel akan
disebut sebagai set-point. Evaluasi melakukan penentuan aksi yang
dibutuhkan untuk membawa variabel terkontrol menuju harga set-point.
Control Element : Elemen akhir pada operasi kontrol proses adalah alat yang menggunakan pengaruh langsung pada
proses: yaitu memberikan perubahan-perubahan variabel terkontrol yang
diperlukan itu untuk membawanya ke set-point. Elemen ini menerima satu masukan
input dari pengkontrol, yang kemudian dijelmakan kedalam beberapa operasi
proportional yang telah dilaksanakan pada proses. Pada contoh sebelumnya,
elemen kontrolnya adalah katup yang mengatur laju aliran cairan dari tangki.
Elemen ini juga disebut sebagai final control element.
The Loop : Perhatikan pada gambar 1.3 bahwa sinyal yang mengalir akan membentuk
suatu rangkaian yang menyeluruh dari proses melalui pengukuran, error detector,
controller, dan final control element. Hal inilah yang disebut loop, bahasa
umumnya adalah process-control loop (lup kontrol proses); sering-nya disebut a
feedback loop, karena kita menetapkan satu error dan feedback sebagai koreksi
terhadap proses.
1.3 Diagram Proses & Instrumentasi
Suatu alat penting untuk komunikasi enjinering
pada proses pembangkit adalah apa yang disebut sebagai Diagram Proses &
Instrumentasi (P&I diagram). Gambar 1.5 menunjukkan diagram P&I sejenis
penukar panas (heat exchanger) pada pembangkit. Penukar panas adalah satu unit
proses dimana uap digunakan untuk memanaskan suatu bahan cairan seperti minyak
residu. Material minyak residu (disebut feed-stock) dipompakan dengan laju
aliran tertentukedalam pipa-pipa melalui ruang penukar panas dimana panas
dipindahkan dari uapke dalam minyak
dalam pipa. Biasanya diinginkan untuk mengatur suhu minyak keluar aliran agar
tetap, walaupun laju aliran berubah-ubah ataupun suhu masuk aliran juga
berubah-ubah. Pengaturan suhu keluar aliran diperoleh dengan kontrol otomatis
mengatur laju aliran uap ke penukar panas. Diagram P&I menggunakan
simbol-simbol standard tertentu untuk menggambarkan unit-unit proses,
instrumentasi dan aliran proses.
Suatu diagram Process & Instrumentation
berisikan:
- Tampilan gambar bagian utama peralatan yang
diperlukan dengan garis utama aliran dari dan ke setiap bagian
perlengkapan
- Semua item perlengkapan lainnya dilengkapi
dengan desain suhu, tekanan, flow dll
- Semua interkoneksi pemipaan ditunjukkan dengan
ukuran, bahan, dan spesifikasi fabriknya.
- Semua peralatan instrumen utama
Gambar 1.5 Diagram P & I suatu Heat Exchanger
Instrumen ditunjukkan
pada diagram P&I dengan lingkaran, biasanya disebut “balloons”. Balloon
berisi angka dan huruf yang mencerminkan fungsi instrumen dan nomer kartunya.
Misalnya, TT102 berarti Temperature Transmitter (sensor suhu) nomer 2 pada unit
proses nomer 1. Bilangan 102 disebut nomer kartu (tag number).
Setiap Temperature
Transmitter (TT) di pembangkit harus memiliki satu tag number yang khas.
Penomeran tag number bisa berbeda dari satu pabrikan dengan pabrikan lainnya.
Diagram P&I merupakan referensi berharga untuk instalasi projek yang sebenarnya.
Enjiner instrumen menggunakannya sebagai sumber banyak dokumen yang harus
disediakan.
Jenis diagram lainnya
dikenal sebagai Process flow Sheet. Process flow sheets juga
berisikan tampilan bergambar bagian-bagian utama peralatan yang dibutuhkan dengan
garis aliran utama dari dan ke setiap bagian. Bagaimanapun, informasi tambahan
selalu diberikan meliputi kondisi operasi pada beberapa tingkatan proses
(flows, pressures, temperatures, viscosity, etc.), keseimbangan material,
ukuran peralatan, konfigurasi dan kebutuhan keperluan. Sebaliknya ,
instrumentasi pada process flow sheets bisa lengkap sempurna, bisa juga tidak.
Diagramjenis ketiga
disebut Loop Wiring Diagrams. Electrical loop wiring diagrams
adalah gambar skematik listrik yang disiapkan untuk lup listrik individu. Lup
paling sederhana adalah yang berisi hanya satu transmitter dan satu receiver.
Lup lainnya bisa
berisi banyak item seperti: transmitters. recorders. controllers, alarm units,
control valves, transducers, integrators, dan mungkin juga item lainnya. Loop
Wiring Diagram dimaksudkan untuk menunjukkan lokasi instrumen, nomer
identifikasi dan terminasi kabel interkoneksi. Jalur kabel, ukuran kabel, titik
terminal tengah dan informasi berhubungan lainnya perlu ditunjukkan pada gambar lain
Penjelasan Instrumen
FIC-101 Flow Indicator dan Controller (0 to 50
m3/Hr, normal 30 T/Hr). Instrumen ini mengkontrol aliran cold feedstock yang
masuk sisi tabung penukar panas dengan mengatur posisi katup pada lintasan
aliran cold feed stock.
FR-103 Flow Recorder, (0 to 10 T/Hr, 2.14
T/Hr). Instrument ini mencatat laju aliran uap.
HS-101 Hand Switch, ON/OFF (ON). Saklar
(switch) ini untuk menghidup/matikan (on/off) pompa cold feedstock P-101.
Ketika saklar di posisi ON, pompa beroperasi. Ketika saklar di posisi OFF,
pompa berhenti.
HV-102 Hand Valve, OPEN/CLOSED, (OPEN). Saklar
ini untuk membuka/tutup (opens/closes) katup pemblok uap (steam block valve)
yang melaluinya uap dialirkan dari header ke sisi rumah penukar panas. Ketika
saklar di posisi OPEN, block valve membuka. Ketika saklar di posisi CLOSE,
block valve menutup.
PAL-103 Pressure Alarm Low, (Normal). Alarm ini
berbunyi bila tekanan di pipa utama uap (steam header) kurang dari 6 kg/cm2.
PI-100 Pressure Indicator, 0 to 15 kg/cm2,
(3.18 Kg/cm2). Instrumen ini menampilkan tekanan uap pada
sisi rumah (shell) penukar panas.
PI-103 Pressure Indicator, 0 to 15 kg/cm2,
(10.55 Kg/cm2). Instrumen
ini menampilkan tekanan uap pada steam header.
TAH/L-102 Temperature Alarm High/Low, (Normal). Alarm ini
berbunyi bila suhu feed-stock (bahan bakar) pada sisi
keluar
penukar panas melebihi 85 OC
atau kurang dari 71 OC.
TI-103
Temperature Indicator, 0 to 200 OC,
(186 OC). Instrumen
ini menampilkan suhu uap masuk ke penukar panas.
TIRC-102 Temperature Indicator, Recorder, and
Controller, 0 to 200 OC, (80 OC). Instrumen
ini mengkontrol suhu feedstock pada sisi keluar
penukar panas dengan mengatur posisi katup yang mengatur aliran uap
ke penukar panas.
TR-101 Temperature Recorder, 0 to 200 OC,
(38 OC). Instrumen ini menampilkan suhu feedstock yang masuk
ke penukar panas.
1.4 Komponen Sistem Pengukuran
Tujuan sistem pengukuran adalah untuk
menyajikan kepada pengamat nilai harga numerik yang sesuai dengan variabel yang sedang terukur.
Secara umum, harga numeric ini, nilai terukur tidaklah tepat sama dengan harga
variabel yang sebenarnya. Sehingga, nilai terukur laju aliran dalam pipa
seperti yang ditampilkan pada suatu indikator mungkin adalah 7.0 m3/hr,
sedangkan nilai sebenarnya mungkin7.4 m3/hr; putaran terukur
suatu mesin yang ditunjukkan pada tampilan digital mungkin 3000 rpm, sedangkan
putaran sebenarnya mungkin 2950. Hingga kini, cukuplah menganggap bahwa masukan
ke sistem pengukuran adalah harga variabel sebenarnya, dan keluaran outputnya
adalah nilai terukur. Lihat Gambar 1.6
Gambar
1.6 Diagram Block sistem pengukuran
(measurement system)
Sistem pengukuran terdiri dari beberapa elemen
atau blok. Adalah mungkin untuk mengenal 4 jenis elemen,walaupun pada sistem
yang diberi satu jenis elemen mungkin hilang atau bisa terjadi lebih dari
sekali. Ke-empat jenis tersebut ditunjukkan pada gambar 1.6 dan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Sensing
element (elemen perasa) - Ini
yang bersentuhan dengan proses dan memberikan satu output yang tergantung pada
beberapa cara variabel diukur. Jika ada lebih dari satu elemen perasa yang cascade (berpancaran kebawah), elemen yang
bersentuhan dengan proses disebut primary sensing element, yang
lainnya disebut secondary sensing elements. Keluaran output dari
suatu sensor bisa berupa perubahan tahanan, perubahan tegangan, perubahan arus
, frekuensi dll.
Signal
conditioning element (elemen mempersiapkan
sinyal) - Ini yang mengambil output dari sensing element dan mengubahnya
menjadi satu bentuk yang lebih sesuai untuk pemrosesan lebih lanjut, biasanya
suatu tegangan DC, arus DC atau sinyal frekuensi. Contohnya adalah: deflection
bridge yang mengubah suatu perubahan impedansi menjadi perubahan tegangan;
penguat yang menguatkan tegangan milli-volt menjadi volt; oscillator yang
mengubah perubahan impedansi menjadi tegangan frekuensi variabel. Dalam
kebanyakan hal keluaran output elemen signal conditioning mengikuti level
sinyal standard, yaitu 0 -10 Volts or 0-5 Volts. Jika sinyal akan dikirim
melalui wayar ke Control Room, output dari elemen signal conditioning adalah
4-20 mA. Dalam hal ini, kombinasi sensor dan elemen signal conditioning disebut
Transmitter. Untuk transmitter suhu yang mengukur suhu antara
0-120 OC, output 4mA sesuai dengan 0 OC,
dan output 20 mA sesuai dengan 120 OC.
Signal
processing element (elemen pengolah sinyal)
- Ini yang mengambil output dari conditioning element dan mengubahnya dan
mengubahnya menjadi satu bentuk yang lebih sesuai untuk penyajian lebih lanjut.
Misalnya: pengubah analog ke digital ADC yang mengubah tegangan menjadi bentuk
digital sebagai masukan input ke komputer; mikro-komputer yang menghitung nilai
variabel terukur dari data digital yang masuk. Kalkulasi khasnya adalah: perhitungan aliran masa total dari laju aliran
volume dan data rapat masa (density); analisa komponen harmonik dari pengukuran
getaran, dan koreksi ketidak linearan sensing element.
Data
presentation element (elemen penyajian data) -
Data presentation element menyajikan nilai terukur dalam suatu bentuk yang dapat
dengan mudah dimengerti oleh pengamat. Misalnya elemen-elemen seperti:
indikator, indikator berskala pointer; chart recorders; alphanumeric displays;
dan computer monitors.
Contoh: Suatu penimbang berat (timbangan) dengan pembacaan digital. Timbangan
terdiri dari pegas S, potentiometer P, amplifier A, Analog to Digital converter
ADC, dan pembacaan digital R. Pegas S sebagai sensor utama menghasilkan
pergeseran linear 0 - 4 cm untuk berat antara 0 – 9,999 kg. Pergeserannya
diukur dengan potentiometer P. Potentiometer berfungsi sebagai sensor kedua
yang menghasilkan tegangan keluar V1 antara 0 – 2,5 volts bila bergeser antara
0 – 4,0 cm. Penguat (amplifier) memiliki gain 4,0 sehingga mengeluarkan output
V2 yang bervariasi antara 0 – 9,999 volts. Pengubah ADC menghasilkan bilangan
digital yang dapat ditampilkan dengan rangkaian pembacaan digital.
Kenalilah (identify) elemen-elemen sistem
pengukuran diatas!
ü
Pegas S adalah primary
sensing element.
ü
Potentiometer adalah secondary
sensing element (atau transducer).
ü
Amplifier dan A/D
Converter adalah signal conditioning elements.
ü
Pembacaan digital
(digital readout) adalah indicator element.
1.5 Evolusi
Instrumentasi
Pada tahun 1940 hingga awal 1950,
instrumentasi analog berperangkat keras umumnya berdasarkan pada pneumatic
(air pressure), konsep berukuran besar (18x 18 in). Setiap instrumen
dihubungkan langsung ke titik ukur proses dan biasanya diletakkan dekat titik
ukur tersebut. Aiibatnya,
kontrol dan pengukuran proses menjdai tersebar (decentralized) dan operator
hanya bisa melihat satu seksi dari satu unit operasi. Dengan perkembangan
teknik transmisi pneumatic, kontrol terpusat (centralized control) menjadi
mungkin, perlahan-lahan memungkinkan lebih banyak perangkat keras kontrol
ditempatkan dalam satu seksi suatu panel kontrol. Bagaimanapun, perangkat
Instrumentasi masihsangat besar dan tidak praktis, dan menyajikan tampilan dan
kontrol satu variabel proses.
Revolusi baru Instrumentasi dating akibat
penemuan transistor pada tahun 1947. Pada akhir 1950, kecenderungan
meminiaturkan sajian instrumentasi berlanjut hingga langkah yang tinggi dan
ukuran perangkatnya menurun hingga berstandard 2 x 6 in. Pada masa itu,
perangkat keras instrumentasi elektronik telah resmi digunakan, berbasis pada
teknologi transistor, berkembang menjadi transmisi elektronik dan berlanjut
dengan instrumentasi terpusat (centralization) pada satu control panel kontrol;
lahirlah ruang kontrol terpusat (centralized control rooms).
Pada awal 1960, komputer digital mulai
digunakan pada kontrol proses, dihubungkan dengan perangkat keras peripheral di
ruang kontrol. Perangkat keras pengantara baru seperti printers, typewriters,
screen CRT dan keyboards, sekarang digunakan operator, membuat suasana di ruang
kontrol menjadi kompleks, karena semua perangkat keras baru masih didukung
dengan panel instrumen analog yang konvensional. Sehingga, operator harus
mempelajari teknik yang baru sambil mengingat peralatan lama dalam hal darurat.
Beginilah keadaan tata susunan rancangan panel kontrol yang ada hingga
belakangan ini.
Selama akhir 1970-an dan awal 1980-an,
revolusi filosofi rancangan pengantara orang dengan mesin (man-machine
interface) telah dimulai, dengan menggunakan arsitektur tersebar berbasis
perangkat mikro-prosesor. Perangkat
baru ini mendigitalkan perangkat analog biasa dan menjadikan mode kontrol yang
baru. Mulai diterapkan juga jaringan komunikasi pada lup analog konvensional
dan memungkinkan mengembalikan desentralisasi beberapa kontroldi lapangan,
sambil bersamaan lebih memusatkan informasi pada tampilan-tampilan kontrol
utama. Studi intensif terus dilakukan pada aspek teknik manusia mendapatkan
informasi, misalnya rekomendasi ISA (ISA-RP60.3-1977) berjudul "Human
Engineering for Control Centers”. Studi ini membawa revolusi baru pada pengantara
manusia (human interfacing) sistem pengukuran berbasis komputer pada decade
1980-an.
Sistem tersebar
memungkikan untuk mengganti semua informasi proses yang relevan pada tampilan
kontrol tersebut menjadi mudah digapai oleh operator yang duduk. Inilah inti
utama revolusinya. Gambar 1.8 menunjukkan Evolusi rancangan panel kontrol
tahun1950-an hingga 1980-an.
Gambar 1.8 Evolusi Panel Control dan Instruments.
Sistem tersebar ini ditawarkan oleh kebanyakan
pabrikan instrumen utama, seperti Honeywell, Inc., Foxboro Corporation, Taylor
Instrument Company, the Bristol Company, Fisher Controls Corporation, EMC
Corporation dan lainnya. "TDC2000" buatan Honeywell, Inc., adalah
salah satu yang pertama dikeluarkan (TDC =Totally Distributed Control). Sistem
berbasis perangkat mikro-prosesor yang disusun dalam suatu jaringan "data
highway". Sejenis pusat kontrol modern ditunjukkan pada gambar 1.9.
Pada tahun 1990-an display station menerapkan
teknologi tinggi mempertinggi human interface dan memungkinkan operator untuk
mengawasi informasi lebih banyak. Tampilan berbasis teknologi “Windows”,
animasi, 3D display, icons, mouses, touch screens, videos, dan instrumen sebenarnya (virtual). Pengembangan selanjutnya
adalah perangkat lunak penyokong operator, dimana software cerdas digunakan
untuk menggabung dan menganalisa banyak data dan menyediakan bagi operator
ringkasan cerdas, analisa dan anjuran ahli.
Gambar 1.9 Typical Control Center.
Gambar 1.10 Workstation Modern
Gambar 1.11 Engineering Workstation
Periode 1950-an dan 1960-an transmisi sinyal
berbasis teknik pnumatik, dimana sinyal analog ditransmisikan melalui pipa
sebagai tekanan udara bervariasi antara 3 hingga 15 psi. Periode 1970-an hingga 1990-an, sistem kabel
listrik standard 4 - 20 mA menjadi metoda transmisi sinyal yang paling popular
pada bidang Instrumentasi. Selama 1990-an kemajuan di bidang komunikasi
digital, mikro-elektronik, dan jaringan networking, sehingga banyak usaha
memajukan teknik transmisi digital. Sensor-sensor menjadi lebih canggih dan
generasi baru smart transmitter memasuki pasaran. Teknologi fieldbus akhirnya
menjadi terstandarkan pada tahun 1997. Fieldbus memungkinkan satu kabel wayar
dihubungkan ke banyak sensor dilapangan. Transmisi digital memberikan tanggapan
(response) lebih cepat dan meningkatkan jumlah informasi yang bisa trnasmisikan
melalui field bus. Transmisi digital menjadi revolusi instrumentasi proses
dengan skala yang jauh lebih besar dari pada revolusi yang telah dimulai dengan
transmisi elektrik selama tahun 1970-an dan1980-an sebagaimana tercermin pada
gambar 1.12. Kecerdasan juga menjadi terdistribusi dan tersimpan dalam smart
transmitters. Ruang lingkup instrumentasi akan ter-revolusi dengan jaringan,
fiber optics, solidstate sensors, dan teknologi Artificial Intelligence
(kecerdasan bikinan).
Gambar
1.12 Evolusi teknologi komunikasi
lapangan
Ringkasan
1. Fungsi utama suatu sistem instrumentasi adalah
pencapaian harga/nilai dan kualitas, proteksi dan keselamatan, kontrol, dan
pengumpulan data.
2. Block diagrams membantu melihat sub-functions
setiap bagian dari suatu proses dan menentukan input dan outputnya, dan
bagaimana dihubungkannya dengan bagian lain dari proses.
3. bagian utama suatu lup kontrol adalah proses,
pengukuran, error detector, pengkontrol, dan elemen kontrol.
4. Diagram P&I terdiri dari simbol-simbol
grafikal dan gaaris-garis yang menggambarkan aliran proses dan mengenali
(identify) lokasi dan fungsi instrumennya, misalnya sensors, katup, recorders,
indikator, dan interkonesi instrument.nya
5. Suatu sistem instrumentasi terdiri dari empat
bagian fungsi dasar; sensors, signal conditioning, signal processing, dan
indicators.